Sumber Artikel Internet

Sabtu, 17 Agustus 2013

Malaysia dan Singapura Nyatakan Indomie Aman Dikonsumsi

Pihak otoritas yang terkait dengan masalah pangan dan kesehatan Malaysia dan Singapura menyatakan, Indomie aman dikonsumsi. Pernyataan ini dikeluarkan setelah sampel produk PT. Indofood Sukses Makmur Tbk tersebut diperiksa di laboratorium.

Seperti dikutip dari laman Vivanews, Kamis (14/10/2010), Menteri Kesehatan Malaysia, Datuk Seri Liow Tiong, Rabu (13/10/2010) menyatakan, pihaknya telah memeriksa 30 dari 77 sampel Indomie untuk mengetahui apakah benar Indomie mengandung bahan pengawet hydroxylbenzoic acid methyl ester sebagaimana diklaim Taiwan, dan hasilnya adalah, bahan kimia untuk pembuatan kosmetik tersebut tidak ditemukan.
“Kementerian memastikan, mengonsumsi Indomie tidak akan berisiko terhadap gangguan kesehatan,” ujar Liow seperti dilansir The Star, salah satu media ternama di Malaysia.
Sementara itu salah satu media terkemuka di Singapura, Strait Times, mengabarkan,
Otoritas Produk Agrikultur dan Veterinari Singapura atau Agri-Food and Veterinary Authority (AVA) telah pula memeriksa sampel Indomie yang beredar di negaranya, dan bahan pengawet Parahydroxy Benzoates tidak ditemukan dalam produk itu.
"Lagipula AVA secara reguler melakukan pengecekan terhadap produk mi instan yang beredar di pasaran sebagai bagian dari program pengawasan keamanan produk makanan," imbuh media itu.
Seperti diketahui, Taiwan menarik semua produk Indomie dari pasaran di negaranya karena setelah diperiksa di laboratorium, produk ini mengandung dua bahan pengwaet berbahaya, yakni hydroxymethyl benzoate dan benzoic acid yang jika produk dikonsumsi dalam jangka panjang, akan memicu timbulnya berbagai penyakit, seperti maag, muntah-muntah, bahkan merusak kinerja liver. Penarikan dilakukan Jumat (8/10/2010) dan disusul kebijakan pelarangan produk itu dijual kembali.
Menteri Kesehatan Malaysia, Datuk Seri Liow Tiong, menambahkan, Taiwan memang memberlakukan kebijakan, bahwa bahan pengawet boleh saja digunakan untuk bumbu penyedap mi instan, asalkan tidak melebihi takaran 250 mg per kg. Sementara di Malaysia, penggunaan bahan penyedap tersebut diacukan pada standar yang dikeluarkan Komisi Codex Alimentarius, sebuah komisi pengatur standar makanan internasional. Komisi ini memperbolehkan penggunaan bahan pengawet hanya pada makanan ringan dengan kadar 300-500 mg per kg. Sementara di Eropa dan Kanada, pengawet boleh digunakan pada acar, buah kalengan dan makan ringan lainnya dengan kadar 300 - 1.000 mg per kg.
"Berdasarkan standar lembaga yang merupakan gabungan lembaga Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO) tersebut, untuk zat aditif makanan, kadar pengawet yang terkandung di Indomie dapat diterima untuk konsumsi sehari-hari, atau dengan batasan 10 mg per kg dari berat badan per harinya. Dengan penggunaan sesuai ketentuan, tidak akan ada gangguan kesehatan jangka panjang," imbuhnya.

Namun demikian Liow menegaskan, pihaknya akan terus mengawasi penggunaan pengawet dalam makanan, terutama makanan impor.
Di sisi lain, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Ekonomi dan Perdagangan Taiwan (TETO) di Jakarta, Chen Win-ping, menjelaskan, penarikan Indomie dari pasaran di negaranya tergantung pada hasil pengujian produk di laboratorium yang dilakukan oleh Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA), sebuah lembaga di bawah Kementerian Kesehatan Taiwan.
"Dan sejauh ini produk makanan asal Indonesia yang bermasalah hanya ditemukan pada produk Indomie dan tidak berdampak ke produk lain, karena sebagian besar produk Indomie yang beredar di pasar gagal memenuhi standar," kata Chen.
Sumber Vivanews yang sudah lama malang melintang dalam dunia ekspor-impor makanan dan minuman menuturkan, pelarangan peredaran Indomie di Taiwan itu sebenarnya bukan menyangkut apa yang terkandung dalam Indomie, melainkan merupakan reaksi Taiwan atas penarikan sejumlah makanan produksnya di Indonesia beberapa waktu lalu, karena produk makanan dan minuman tersebut tidak berlabel bahasa Indonesia.
Selain itu,  meski Indonesia tidak merajai pasaran mi instan di Taiwan, namun Indomie mampu  head to head dengan mie instan produk lokal di sana yang bermerek President.
"Di Indonesia, President juga masuk, tapi tidak bisa menguasai pasar," katanya.
Adanya dugaan perang dagang di balik penarikan Indomie di Taiwan, juga dinyatakan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa. Hatta meminta masyarakat agar tidak buru-buru menyalahkan  PT. Indofood Sukses Makmur Tbk selaku produsen produk itu, karena bisa saja apa yang dilakukan Taiwan hanya sebagai serangan bisnis, seperti yang terjadi pada industri kelapa sawit di Indonesia beberapa waktu lalu.
Perang sawit yang dimaksudkan Hatta adalah kasus yang terjadi antara Burger King dengan PT. Sinar Mas. Waktu itu dunia internasional menuduh bisnis minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia dilakukan dengan cara yang tidak patut. Perkebunan kelapa sawit  dituduh dibangun dengan cara merusak hutan. Dengan mengunakan alasan itu, Burger King memutuskan untuk memutus kontrak dengan Sinar Mas Grup selaku produsen minyak goreng Filma. Padahal, ada perang dagang dibalik kasus ini.
"Jadi bisa saja kasus Indomie sama dengan kasus minyak sawit itu," tegasnya.

Malaysia dan Singapura Nyatakan Indomie Aman Dikonsumsi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar