Sumber Artikel Internet

Kamis, 16 Januari 2014

3 dari 19 Gunung Berstatus Waspada, Mulai Membahayakan

Aktivitas tiga dari 19 gunung yang ditetapkan dalam status waspada, yakni gunung Papandayan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, gunung Egon di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten, mulai memperlihatkan tanda-tanda membahayakan karena mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan.

Seperti diberitakan MIonline, Rabu (3/11/2010), Kepala Seksi BKSDA Wilayah V Garut, Teguh Sulistiawan, menjelaskan, status Papandayan sudah dinaikkan dari aktif normal menjadi waspada level 2 sejak 2008, sehingga sejak itu gunung setinggi 2.665 meter dari permukaan laut (dpl) ini selalu dipantau. Bahkan mulai Selasa (2/11/2010), kawasan puncak gunung hingga radius satu kilometer ditutup sementara karena dapat membahayakan para wisatawan, sehingga siapapun yang datang, selain petugas, hanya dapat mengunjungi gunung itu hingga lahan parkir Camp David.
“Penutupan kawah gunung ini merupakan salah satu upaya untuk keamanan pengunjung dan warga sekitar. Apalagi karena kawah gunung ini tidak berpagar pengaman,” jelas Teguh.
Diakui, meski mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, kondisi Gunung Papandayan masih fluktuatif dan masih dalam batasan normal.
“Karenanya, hingga sekarang status gunung ini masih masih waspada level 2,” tegasnya.
Di Gunung Egon, petugas mulai reaktif dalam menyikapi peningkatan aktivitas vulkanik gunung ini, sehingga Kepala Pos Pengamatan Gunung Api, Yoseph Suryanto, meminta warga Kabupaten Sikka, Pilau Flores, yang bermukim di lereng bagian barat dan barat daya pada radius satu kilometer dari Gunung Egon agar selalu waspada.
"Tipe gunung api aktif dengan tinggi 1.703 di atas permukaan laut ini sudah mulai menunjukkan aktivitas, sehingga perlu diwaspadai lebih dini," kata Suryanto.
Suryanto mengaku telah memberitahu Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sikka agar melakukan persiapan dan antisipasi sesuai tahapan-tahapan penanggulangan bencana.
"Pada Rabu (27/10) lalu kawah gunung api Egon tertutup kabut dan mengeluarkan asap, sehingga cukup mengkhawatirkan penduduk di sekitarnya," kata Suryanto lagi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi serta Badan Vulkanologi Bandung meminta pos pengamatan gunung api di Flores untuk terus memantau aktivitas Gunung Egon dan Gunung Rokatenda di Pulau Palue, sekitar 45 mil dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Rokatenda, Dionisius Masan Duran, mengatakan, telah terjadi hembusan asap putih tipis yang muncul dari kawah Rokatenda.
Hembusan awan tipis itu mencapai ketinggian antara 15-25 meter disertai tekanan gas lemah. Kondisi yang sama juga terjadi pada gunung api Egon.
"Dengan meletusnya gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, kami terus memantau aktivitas gunung Rokatenda, tetapi belum ada aktivitas yang membahayakan," katanya.
Gunung Rokatenda terletak di Pulau Palue di bagian utara Flores, sekitar 45 mil dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. Penduduk di pulau ini tercatat sekitar 30.000 jiwa. Gunung Egon meletus terakhir pada 2004 yang mengakibatkan puluhan ribu warga yang bermukim di lereng gunung dievakuasi semuanya ke Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka.
Sedangkan Gunung Rokatenda meletus terakhir pada 1973 menyebabkan hujan abu tersebar di seluruh pulau. Aktivitas gunung itu mulai meningkat lagi pada 1981 dan 1984 serta 2010.
Sementara itu, Gunung Anak Krakatau terus memperlihatkan aktivitas vulkaniknya selama hampir sepekan ini. Gunung di Selat Sunda pada Selasa (2/11/2010) bahkan mengeluarkan gas beracunyang dapat membahayakan masyarakat.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) langsung mengeluarkan larangan kepada kepada warga, khususnya nelayan dan wisatawan, untuk tidak mendekat pada radius dua kilometer.
"Aktivitas yang cukup sering seperti mengeluarkan gas terus-menerus, tentunya tanda terjadinya erupsi," kata Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Agus Budianto kepada VIVAnews.com.

Ia menjelaskan, gas yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau memang berbahaya dan mengandung racun. Gas itu memang harus keluar terlebih dahulu karena adanya tekanan magma di dalam gunung.

"Jika mengeluarkan gas seperti itu merupakan hal yang wajar, karena itu merupakan karakteristik Gunung Api," kata dia.

Berdasarkan data visual yang tercatat pada Rabu (3/11/2010) dari pukul 00.00 hingga 18.00 WIB diketahui, Anak Krakatau ‘menciptakan’ gempa sekitar 300 kali. Agus mengakui, aktivitas Anak Krakatau sebenarnya sudah meningkat sejak sebelum Merapi meletus pada 26 Oktober. Bahkan saat itu status Anak Krakatau sudah dinaikkan dari aktif normal menjadi waspada. Akibat gas yang keluar dari Anak Krakatau, suhu air laut di perairan Selat Sunda meningkat akibat aliran material vulkanik yang jatuh ke laut.
Sebelumnya Media Indonesia mengabarkan, saat ini ada 15 gunung berapi yang statusnya ditingkatkan dari aktif normal menjadi waspada. Namun data terakhir yang dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM menyebutkan, jumlah gunung berapi yang statusnya ditingkatkan menjadi waspada ada 19, sementara total gunung berapi di Indonesia sebanyak 68. Ke- 19 gunung tersebut adalah Gunung Selawah Agam, Sinabung, Talang, Kerinci, Kabah, Anak Krakatau, Papandayan, Slamet, Bromo, Semeru, Batur, Anak Rinjani, Rokatenda, Egon, Soputan, Lokon, Gamalama, Dukunu, Karangetang, dan Ibu.
Agus mengatakan, jika banyak Gunung dinyatakan berstatus waspada, itu merupakan hal yang wajar dalam sebuah siklus negara yang memiliki gunung api yang aktif seperti Indonesia.
“ Kami terus melakukan pengamatan dan melaporkan setiap aktivitasnya," imbuh dia.

3 dari 19 Gunung Berstatus Waspada, Mulai Membahayakan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar