Selang dua hari pascagempa dan tsunami yang melanda Jepang pada Jumat (11/3/2011), korban kebocoran reaktor nuklir pembangkit tenaga listrik di Fukushima mulai berjatuhan. Hingga Minggu (13/3/2011) petang warga yang terkontaminasi radioaktif dari pembangkit tenaga listrik milik Tokyo Electric Power Co. (Tepco) tersebut telah mencapai 22 orang.
Seperti dilansir Media Indonesia, Senin (14/3/2011), kasus ini merupakan yang pertama di Jepang sejak setelah bom atom dijatuhkan Amerika Serikat pada Agustus 1945 di Heroshima dan Nagasaki yang mengakhiri Perang Dunia II. Kala itu, ledakan bom atom yang dijatuhkan AS menewaskan sekitar 200.000 orang.
Hingga Senin (15/3/2011), pemerintah Jepang melalui instansi terkait masih terus memeriksa warganya Fukushima dan sekitarnya yang selamat dari gempa dan tsunami yang menerjang negaranya pada Jumat lalu, dan telah mengungsikan sekitar 17.000 penduduk di wilayah itu ke sebuah wilayah aman yang berjarak 20 km dari lokasi pembangkit listrik. Dikhawatirkan ke-22 warga yang positif terpapar radioaktif akan terserang penyakit kanker tiroid dan penyakit lainnya.
Kebocoran reaktor tersebut terjadi setelah reaktor unit 1 pembangkit listrik bertenaga nuklir itu meledak akibat guncangan gempa berkekuatan 9,0 pada Skala Ritcher (semula disebut 8,9 SR). Namun demikian Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano mengatakan, radiasi yang keluar akibat kebocoran itu sangat sedikit sehingga tidak berbahaya, namun mengakui kalau paparan radiasi nuklir di wilayah Fukushima yang berjarak sekitar 240 km di utara Tokyo, meningkat jika dibanding sebelum ledakan.
Jepang memiliki 17 pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan 55 reaktor nuklir yang mampu memenuhi 30% kebutuhan listrik negara. Dari jumlah itu, enam di antaranya milik Tepco di Fukushima Daiichi. Saat gempa terjadi, tiga dari enam unit reaktor itu sedang tidak dioperasikan karena masih dalam perawatan, yakni reaktor unit 4, 5, dan 6, sementara tiga reaktor lainnya, yakni reaktor unit 1, 2, dan3 beroperasi seperti biasa.
Ketika bumi Jepang berguncang akibat gempa, reaktor unit 1 meledak karena level air menurun sehingga suhu pendingin inti nuklir lebih panas dari 100 derajat Celsius atau sekitar 212 derajat Fahrenheit. Untungnya level air di reaktor unit 2 tetap stabil, namun pada reaktor unit 3 terjadi kegagalan pada sistem pendingin sehingga dikhawatirkan reaktor ini pun akan meledak.
Sementara itu, akibat gempa dan tsunami, korban meninggal diperkirakan melebihi angka puluhan ribu orang, karena Kepala Kepolisian Perfektur Miyagi, Naoto Takeuchi saja mengaku, korban tewas di wilayahnya mencapai 10.000 orang. Miyagi merupakan salah satu kota dengan kehancuran terparah akibat gempa dan tsunami, karena kota ini berada di pantai timur Jepang. Kota lain yang juga sama parahnya dengan Miyagi adalah Perfektur Iwate. Di kota ini, korban tewas diperkirakan juga mencapai ribuan orang.Wajah Jepang pascagempa. (int)
Hingga hari Minggu (13/3/2011) kemarin, gempa-gempa susulan masih terus mengguncang Jepang meski tidak sekuat gempa utama pada Jumat. Untuk mendata dan mengevakuasi para korban, Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengerahkan 100.000 tentara untuk mempercepat pencarian korban yang masih hilang. Akibat gempa berkekuatan 9,0 pada SR, kota-kota di sepanjang pesisir timur Jepang tak hanya diluluhlantakkan tsunami, tapi juga membuat pulau Honshu bergeser sejauh 8 kaki atau 2,4 meter dari posisinya semula.
"Ini terlihat dari pantauan yang ada di GSI (Geospatial Information Authority)," kata Kenneth Hudnut, ahli geofisika dari U.S. Geological Survey (USGS) seperti dikutip CNN, Minggu (13/3).
Pulau Honshu merupakan pulau yang terdekat dengan pusat gempa. Honshu merupakan pulau terbesar di Jepang. Ia memiliki luas 230.500 km persegi. Di pulau ini terletak kota Tokyo, Yokohama, Osaka, Nagoya, Kobe, Kyoto, Akita, Sendai, Fukushima, Niigata, dan Hiroshima.
Di pulau ini juga ada sungai Shinano, sungai terpanjang di Jepang. Pada September 1923, pulau ini juga diguncang gempa bumi besar.
Rabu, 22 Januari 2014
Korban Kebocoran Reaktor Nuklir di Jepang Mulai Berjatuhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar