Bocoran laporan diplomatik dari Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Jakarta yang diperoleh Wikileaks dan dipublikasikan dua koran terkemuka di Australia, The Age dan The Sydney Morning Herald dinilai sebagai bagian dari agenda terselubung pemerintah Australia untuk mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berpotensi memicu disintregasi.
Penilaian ini diungkap Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Seperti dikutip dari laman VIVAnews, Sabtu (12/11/2011), adik ketua umum Gerindra, Prabowo Subiyanto, ini mengatakan, kalau bangsa Indonesia patut mencurigai adanya sebuah agenda pelemahan yang dilakukan pemerintah Australia terkait upaya melakukan disintregasi terhadap negara kepulauan ini.
"Saya ragu pada kebenaran berita tanpa verifikasi itu, karena hanya dua media massa itu saja yang kebetulan milik pemerintah Australia. Jadi sudah sepatutnya kita mencurigai ada sebuah agenda di balik ini yang bisa saja mengancam kestabilan pemerintahan SBY," ujarnya.
Pendapat senada disampaikan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie. Ia melihat pemberitaan sejumlah media Australia itu bersifat sepihak dan tendensius. Ia mencurigai agenda tersembunyi di balik pengungkapan data Wikileaks yang menurutnya tak memiliki kredibilitas.
"Ada apa di balik kebijakan pemberitaan itu? Jelas ada maksud politik yang sistematis untuk menggoyahkan stabilitas politik pemerintahan SBY," ujarnya.
Seperti diketahui, The Age dan The Sydney Morning Herald berdasarkan bocoran dari Wikileaks, memberitakan, bahwa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah melakukan abuse of power (menyalahgunakan kekuasaan) dan terlibat korupsi, karena melakukan berbagai tindakan yang mengarah pada hal itu, seperti melindungi pejabat yang melakukan korupsi untuk tujuan tertentu. Salah satu yang dilindungi tersebut adalah Taufik Kiemas, istri Megawati Soekarnoputri, yang mendapat keuntungan dari beberapa kesepakatan proyek ketika Megawati masih menjadi presiden, seperti proyek JORR (Jakarta Outer Ring Road) senilai US$ 2,3 miliar, dan proyek rel ganda Merak-Banyuwangi senilai US$ 2,4 miliar.
Hari ini, Sabtu (12/3/2011), The Age dan Sidney Morning Herald, memuat klarifikasi pemerintah Indonesia atas berita yang mereka muat tersebut. The Age misalnya, memuat pernyataan sejumlah pembantu Presiden SBY, seperti Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa dan Staf Presiden Daniel Sparingga.
"Presiden tidak senang dengan berita penuh kebohongan yang dimuat Sidney Morning Herald dan The Age," kata Daniel Sparingga. "Isi berita penuh dengan sensansi dan omong kosong."
SBY menilai kedua media ini telah melanggar kode etik jurnalistik universal dengan memuat bocoran WikiLeaks tersebut tanpa meminta konfirmasi kepadanya. Marty bahkan telah mengajukan protes keras secara resmi kepada Kedutaan Amerika Serikat.
Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, Scot Marciel, menyampaikan penyesalan mendalam kepada Presiden karena bocoran dokumen kedutaan itu. Meski meminta maaf, namun Marciel tidak membenarkan atau membantah isi berita kedua media Australia ini. Marciel hanya menyampaikan bahwa bocoran dokumen itu sebagai 'informasi baku yang kerap tidak lengkap dan tak terbukti.'
"Kami sampaikan penyesalan mendalam kepada Presiden SBY dan seluruh masyarakat Indonesia," kata dia sambil menyebut pembocoran dokumen ini sebagai bentuk tidak bertanggung jawab.
Berita The Age dan The Sydney Morning Herald memang membuat pemerintah Indonesia, terutama Presiden SBY, seperti kebakaran jenggot. Bahkan Mensesneg Sudi Silalahi mengaku, setelah membaca berita di kedua media itu, istri SBY, Kristiani Herawati, menangis. Pasalnya, dalam beritanya, kedua media itu juga menyinggung-nyinggung tentang istri presiden tersebut dengan mengatakan, antara lain, bahwa Ibu Negara mengambil keuntungan finansial dari posisi suaminya sebagai presiden. Bahkan kedua media itu menulis, berdasarkan bocoran dari Wikileaks diketahui, bahwa dalam salah satu kawat Kedubes AS di Jakarta yang dikirim ke Washington, disebutkan, kuatnya pengaruh Kristiani terhadap Presiden membuatnya dicap sebagai 'Kabinet Nomor Satu' dan 'Penasihat Presiden yang tak terbantahkan'.
Minggu, 06 April 2014
Bocoran Wikileaks Ancam Stabilitas Indonesia

Artikel Terkait Bocoran Wikileaks Ancam Stabilitas Indonesia :
Penduduk Miskin AS Naik 16%Aksi protes kaum miskin AS.Jumlah warga miskin di Amerika Serikat (AS) tahun lalu bertambah 16% menjadi 49 juta jiwa. Peningkatan jumlah kaum miskin di kalangan lanjut usia, etnis Asia dan Hispanik t ... readmore
Desa Korban Letusan Merapi Jadi Lokasi Wisata'Musibah tidak melulu berarti petaka'. Mungkin inilah pemeo yang digunakan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pasalnya, meski aktifitas gunung Merapi belum normal 100 persen, namun in ... readmore
Eropa di Ambang Resesi DahsyatDemo di Inggris.Krisis utang properti di Amerika Serikat memang sangat luar biasa. Krisis yang telah merambat ke benua Eropa itu tak hanya membuat sejumlah negara di benua biru itu terancam jatuh ke ... readmore
September 2010 Dibayangi Ancam Kekacauan BesarDunia terancam mengalami kekacauan besar terkait rencana Gereja Dove World Outreach, sebuah gereja di Florida, untuk membakar Al Qur'an, Sabtu (11/9/2010). Rencana ini digagas angka memperingati runt ... readmore
Angelina Dicopot dari Jabatan Wasekjen Partai DemokratSudah jatuh ditimpa tangga. Begitulah nasib yang dialami Angelina Sondakh. Putri Indonesia 2001 yang juga anggota Komisi X DPR RI plus anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI itu dicopot dari jabatan ... readmore
Dua Pejabat KPK Diancam Dibunuh Chandra dan Ade Raharja. (int) Rakyat Indonesia saat ini sedang menyaksikan tayangan 'Sinetron bertema hukum' yang amat menggelitik, namun juga mengherankan dan mengundang rasa ingin tahu akan keb ... readmore
FPI Laporkan Panitia Q! Festival ke Polda Metro JayaFPI saat demo Goethe Institut. (int). Panitia penyelenggara Q! Festival dilaporkan Front Pembela Islam (FPI) ke Polda Metro Jaya. Pasalnya, meski telah didemo, panitia tetap memutar pelbagai film yan ... readmore
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar