![]() |
Hosni Mubarak. (int) |
Kepastian mundurnya Mubarak tersebut disampaikan Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman.
"Menghadapi situasi yang berat di negara ini, Presiden Hosni Mubarak memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya. Dia menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Militer," kata Suleiman.
Pernyataan Suleiman itu kontan membuat 20 juta rakyat Mesir di seluruh kota di negara itu, termasuk Kairo, serta yang berada di Lapangan Tahrir yang menjadi pusat revolusi rakyat Mesir untuk menggulingkan rezim Mubarak yang otoriter dan korup, yang sedang mengepung istana kepresidenan dan kantor televisi pemerintah sejak Jumat (11/2/2011), bersuka cita. Mereka bersorak sorai dan di antaranya bahkan ada yang langsung melakukan sujud syukur atas keberhasilan perjuangan mereka.
"Rezim telah digulingkan! Rezim telah digulingkan!" teriak beberapa dari mereka.
Mereka juga menari sambil menyanyi dengan syair "Selamat tinggal, Selamat tinggal", dan mengangkat tangan dalam doa dalam hiruk-pikuk kegembiraan. Kembang api juga dinyalakan dan klakson mobil dibunyikan. Seluruh rakyat negeri Seribu Menara itu larut dalam euforia kegembiraan.
"Akhirnya kita bebas," kata Safwan Abou Stat, 60 tahun, di kerumunan pengunjuk rasa di lapangan Tahrir. "Mulai sekarang, siapa saja yang akan memerintah, kita tahu bahwa itu adalah orang-orang yang besar."
Mubarak sendiri dikabarkan telah meninggalkan Kairo sebelum keputusannya mengundurkan diri diumumkan. Dia 'mengungsi' ke rumah peristirahatannya di wilayah Sharm el-Sheikh di pesisir Laut Merah.
Reaksi para pemimpin dunia
Mundurnya Mubarak dari kursi kepresidenan Mesir disambut baik oleh para pemimpin dunia, karena sebelumnya mereka dibuat khawatir oleh pernyataan Mubarak bahwa dia takkan mundur dari jabatannya sebelum masa jabatannya itu berakhir pada September 2011. Dia bahkan berjanji, setelah mengundurkan diri, dia takkan mencalonkan diri lagi sebagai presiden Mesir pada pemilu yang akan diselenggarakan.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan, mundurnya Mubarak menjadi sejarah penting bagi Mesir, dan ia senang karena Mubarak akhirnya mendengarkan keinginan rakyatnya. Sedang Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan, Kini Mesir memiliki kesempatan yang berharga untuk memiliki pemerintah yang bisa membawa negara secara bersama-sama.
"Sebagai teman, kami siap membantu," katanya.
Sedang Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan, mundurnya Mubarak sebagai momen penting bagi Mesir maupun kawasan Timur Tengah. Sedang dari Israel yang selama ini menjadi sekutu Mubarak, pemerintah negeri itu mengatakan, masih terlalu dini untuk memprediksi apakah pengunduran diri Mubarak itu akan mempengaruhi negaranya.
"Kami berharap bahwa perubahan ke arah demokrasi di Mesir akan terjadi tanpa kekerasan dan bahwa perjanjian perdamaian akan tetap terjadi," ujar seorang pejabat senior Israel yang tak ingin namanya disebutkan.
Selama demo pelengseran Mubarak berlangsung, ratusan orang tewas akibat ditembak aparat. Versi pemerintah Mesir menyebutkan, korban tewas mencapai sedikitnya 297 orang. Namun peneliti Mesir Heba Morayef mengatakan di laman Internet HRW, bahwa kelompok hak asasi manusia (HAM) yang bermarkas di Amerika Serikat mengkonfirmasi, korban tewas di Kairo saja mencapai 232 orang, sementara di Iskandariah 52 orang, dan di Suez 13 orang. Hingga detik menjelang kejatuhannya, Mubarak memang masih berusaha memamerkan kekuasaannya dengan mengerahkan tentara dan pendukung yang loyal kepadanya. Meski akhirnya tentara berbalik sikap mendukung rakyat.
Dengan diserahkannya tampuk kekuasaan kepada Dewan Militer, maka untuk sementara Mesir dipimpin Menteri Pertahanan Mohammed Hussein Tantawi bersama Kepala Staf AD Letnan Jenderal Sami Anan, dan Menteri Penerbangan Ahmed Shafiq. Berikut profil mereka.
Hussein Tantawi
Field Marshal Tantawi menjadi menteri pertahanan dan Panglima Angkatan Bersenjata Mesir sejak 1991. Tantawi menjadi tentara Mesir pertama yang berpangkat Field Marshal sejak 1989. Tantawi disebut-sebut akan menjadi penantang serius dalam pemilu presiden September nanti. Selama demonstrasi 2011, dia dipromosikan sebagai Wakil Perdana Menteri.
Tantawi menjadi wakil pemerintah pertama yang mengunjungi Tahrir Square pada 4 Februari 2011. Ia membawa beberapa pejabat militer dalam kunjungan singkatnya itu.
Reda Mahmoud Hafez Mohamed
Air Marshal Reda Mahmoud Hafez Mohamed yang juga Kepala Staf AU Mesir menjadi komandan AU wilayah Timur, lalu wilayah Selatan, sejak 2005. Pada 1 Juli 2007, ia menjadi Kepala Operasional dan di akhir tahun itu ditunjuk menjadi Kepala Staf AU. Ia dicopot dan digantikan oleh Magdy Galal Sharawi pada 20 Maret 2008.
Sami Hafez Anan
Letnan Jenderal Sami Anan adalah pemimpin tertinggi 468 ribu tentara Mesir. Ia berperan krusial dalam mengkoordinasikan kondisi interim pemerintahan Mesir.
Anan masih berada di Washington saat demontrasi terjadi. Ia memperpendek kunjungan dan pulang ke negerinya. Dilaporkan, pihak AS meminta Anan sebagai kunci proses mediasi. Anan juga disebut-sebut merupakan figur penting untuk menjalankan roda pemerintahan yang ditinggalkan Mubarak.
Beberapa anggota Dewan Militer yang lain adalah: Komandan Pertahana Udara Letnan Jenderal Abd. El Aziz Seif-Eldeen dan salah satu pemimpin Angkatan Laut, Vice Admiral Mohab Mamish.
Kita tunggu dan lihat bagaimana perkembangan Mesir pasca tergulingnya Mubarak, karena selama ini kita tahu bahwa Mesir di bawah kendali rezim Mubarak merupakan sekutu dekat Israel dan Amerika Serikat, dua negara yang amat dibenci rakyat di sebagian negara di jazirah Arab. Apalagi karena kedua negara itu telah menggadang-gadang Omar Suleiman yang juga sekutu mereka, untuk menjadi presiden Mesir yang baru. Sadarkah rakyat Mesir kalau selama ini negaranya ditunggangi Amerika dan Israel? Atau mereka akan tetap rela membiarkan negaranya menjadi tungangan kedua negara itu. Waktu akan menjawabnya.
(diolah dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar