Setelah mengalami peningkatan aktifitas vulkanik secara signifikan sehingga statusnya dinaikkan dari 'Siaga' menjadi 'Awas', Gunung Bromo mulai meletus pada Jumat (26/11/2010) pukul 17.22. Namun demikian, letusan gunung di empat kabupaten di Jawa Timur ini, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang, masih kecil dan tidak sehebat letusan gunung Merapi.
Pada Jumat pukul 17.22, erupsi gunung setinggi 2.392 meter di atas permukaan laut (dpl) itu relatif kecil dan hanya memuntahkan asap hitam bercampur material vulkanik berupa abu dan pasir yang hanya jatuh di sekitar kawah.
Pada Sabtu (27/11/2010) pukul 05.09 WIB, gunung tereksotik di Jawa Timur itu kembali meletus setelah sebelumnya menimbulkan gempa vulkanik dangkal sebanyak 11 kali dengan amplitudo 11-15 milimeter.
Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Bromo di Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura, mengatakan, letusan ini juga kecil (erupsi minor), dan tidak disertai dentuman. Namun abu yang dikeluarkan disertai material vulkanik sehingga berwarna abu-abu kehitaman.
Ketinggian abu diperkirakan antara 600-1.000 meter. Sejak pukul 00.00-06.00 WIB terjadi 11 kali gempa vulkanik dangkal dan gempa 1 kali vulkanik dalam. Selama 24 jam terakhir Bromo mengalami 96 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 17 mm.
Seperti diketahui, ketika Gunung Merapi meletus pada 26 Oktober 2010, gunung ini tak hanya mengeluarkan abu dan material vukanik, tapi juga mengeluarkan suara dentuman keras dan luncuran awan panas yang langsung melabrak desa-desa di sebelah barat, barat daya, dan selatannya, sehingga Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, tempat dimana rumah Mbah Marijan berada, luluh lantak, dan Mbah Marijan menjadi korban bersama puluhan korban lainnya.
(berbagai sumber)
Minggu, 22 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar