Sumber Artikel Internet

Rabu, 18 Juni 2014

Sejumlah Desa Hangus Dibakar Wedhus Gembel

Letusan Merapi makin menggila. Sejak meletus dengan hebat pada Kamis (4/11/2010) pukul 23.40 WIB, hingga Jumat (5/11/2010) pukul 11.30 WIB gunung setinggi 2.914 meter dari permukaan laut (dpl) itu tetap saja memuntahkan awan panas, lava pijar, abu vulkanik dan suara gemuruh yang disertai guncangan keras.

Gemuruh dari puncak gunung paling aktif di Pulau Jawa tersebut terdengar jelas di Kaliurang yang berjarak sekitar 12 km dari puncak gunung. Begitupula dengan guncangan gempa vulkaniknya. Kondisi ini membuat kawasan Yogyakarta dan Jawa Tengah dimana gunung itu berada, kian parah karena tak henti-hentinya dihujani abu vulkanik, sehingga apapun yang ada di permukaan kedua wilayah itu, dilapisi debu setebal hingga lebih dari 5 cm. Sementara awan panas yang meluncur dari kawah Merapi, menerjang hingga belasan kilometer.
Akibatnya, seperti dilaporkan VIVAnews, puluhan rumah di tepi Kali Gendol Desa Nglanggran, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, terbakar habis. Ditemukan banyak mayat di sekitar kali ini, namun tim SAR tidak dapat mengevakuasi semuanya karena wedhus gembel masih terus meluncur dari kawah Merapi, dan juga belum diketahui berapa jumlahnya.
Djoko Supriyanto (20), warga Dusun Wonokerso, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, mengaku banyak warganya yang juga tewas akibat terjangan wedhus gembel. Dia sendiri selamat karena nekat menyemplungkan diri ke selokan.
Kisah tragis Djoko ini dimulai ketika Kamis (4/11/2010) pukul 23.00 WIB, dari pengeras suara seseorang mengumumkan agar warga desanya segera mengungsi, karena Desa Argomulyo yang berjarak 18 km dari puncak Merapi, sudah tak aman lagi untuk ditinggali.
“Saya lalu meluncur ke rumah Mbah Kakung (kakek) dan Mbah Putri (nenek), dan meminta mereka bersiap-siap. Karena Mbah Kakung kena stroke, saya lalu mencarikan mobil untuk mengevakuasinya ke tempat pengungsian,” kata Joko seperti dikutip dari laman VIVAnews.
Saat mobil masih dicari, tiba-tiba saja, sekitar pukul 00.30 WIB, Djoko melihat awan panas meluncur ke desanya.”Dia berupa kabut putih dan di tengahnya ada bercak-bercak merah api," jelas Djoko.
Panik dan ketakutan, Djoko memacu motornya menuruni lereng untuk menyelamatkan diri. Wedhus gembel itu seperti mengejarnya. Djoko mempercepat laju motornya, namun jarak antara dirinya dengan wedhus gembel itu justru semakin dekat. Tak punya pilihan, Djoko menjatuhkan motornya dan terjun ke got. Setelah itu cepat-cepat merayap ke jembatan yang melintang di got tersebut, dan berlindung di bawahnya.
“Saya dapat merasakan panasnya udara yang disebabkan oleh wedhus gembel ketika melintasi tempat dimana saya berlindung. Setelah awan panas itu berlalu dan saya keluar dari got, saya menemukan motor saya dalam keadaan hangus karena terbakar,” imbuhnya.
Djoko lalu kembali ke desa untuk melihat kondisi kakek dan neneknya, dan dia menemukan desanya diseliputi asap dan terdapat percikan api dimana-mana.
“Saya menemukan Mbah Putri meninggal di depan rumah dengan kondisi terbakar, sementara Mbah Kakung selamat, namun mengalami luka bakar. Dia masih berada di tempat tidurnya, di kamar,” kata Djoko lagi dengan mata berkaca-kaca.
Hingga Jumat siang, jumlah korban tewas akibat letusan Merapi sejak 26 Oktober 2010 lalu telah mencapai 54 orang, dan jumlah ini diperkirakan akan bertambah dengan signifikan, karena ketika Merapi meletus pada Kamis malam, awan panasnya menyebar kemana-mana dan menerjang banyak desa hingga jarak belasan kilometer, termasuk Desa Argomulyo. Bahkan banyak saksi mengatakan, ketika wedhus gembel itu meluncur dari Merapi, mereka melihat Dusun Sambungrejo, Desa Balarante, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang merupakan permukiman penduduk paling tinggi di lereng Merapi, namun hanya berjarak 3 km dari gunung itu, membara alias terbakar habis.
Mengganasnya Merapi membuat Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, ditutup, karena hujan abu vulkanik yang memenuhi udara kota gudek itu membuat jarak pandang hanya mencapai beberapa meter. 

Di sisi lain, seiring dengan kian makin ganasnya letusan Merapi dan diperluasnya area cakupan bahaya Merapi dari 15 km menjadi 20 km dari puncak gunung, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) minta warga 32 desa di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan di Kabupaten Klaten, Magelang, dan Boyolali agar segera meninggalkan rumah-rumah mereka guna mencegah bertambahnya korban jiwa.
Berikut daftar desa-desa yang harus dikosongkan sebagaimana dikutip dari Detik.com ;

A. Wilayah Kabupaten Sleman:
1) Glagaharjo (semua dusun)
2) Kepuharjo (semua dusun)
3) Umbulharjo (semua dusun)
4) Hargobinangun (Kaliurang Timur, Kaliurang Barat, Boyong, Ngipikasri,
Banteng, Sumberan, Sambi)
5) Pakembinangun (Sambi, Padokan, Duwetsari)
6) Purwobinangun (semua dusun)
7) Girikerto (Ngandong, Nganggring, Keloposawit, Kemiri Kebo, Sukorejo,
Pancal).
8) Wonokerto (Tunggularum, Gondoarum, Sempu, Balerante)

B. Wilayah Kabupaten Magelang:
1) Kaliurang (semua dusun)
2) Kemiren (semua dusun)
3) Kamongan (semua dusun)
4) Nglumut (semua dusun)
5) Ngablak (semua dusun)
6) Ngargosoka (semua dusun)
7) Srumbung (Ngepos, Cabe Kidul, Cabe Lor)
8) Mranggen (Kalisari, Salamsari, Grogolsari, Mranggensari, Rejosari)
9) Tegalrandu (Pule, Jengkol, Tegalrandu, Losari, Ngelo)
10) Keningar (semua Dusun)
11) Ngargomulyo (semua dusun)
12) Kalibening (semua dusun)
13) Sumber (semua dusun)
14) Krinjing (semua dusun)
15) Mangunsoko (semua dusun)
16) Paten (semua dusun)
17) Sengi (semua dusun)

C. Wilayah Kabupaten Boyolali:
1) Tlogolele (semua dusun)
2) Jrakah (semua dusun)
3) Klakah (semua dusun)

d. Wilayah Kabupaten Klaten:
1) Tegalmulyo (semua dusun)
2) Sidorejo (semua dusun)
3) Balerante (semua dusun)
4) Kendalsari (semua dusun)

Sejumlah Desa Hangus Dibakar Wedhus Gembel Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar