Sumber Artikel Internet

Jumat, 04 Juli 2014

Jepang naikkan Status Bahaya Nuklir ke Level 5

Pasca ledakan reaktor nuklir Jepang. (int)
Pemerintah Jepang menaikkan level bahaya radiasi Nuklir ke level lima akibat rusaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Prefektur Fukushima Daiichi. Level yang sama pernah terjadi dalam kecelakaan Three Mile Island pada 1979.

Seperti dikutip VIVAnews dari NHK, Sabtu (19/3/2011), Badan Keselamatan Industri Nuklir Jepang telah mengevaluasi tingkat parahnya bencana dan menaikkan satu tingkat skala radiasi ke level 5 menurut International Nuclear and Radiological Event Scale (INES).

Badan Keselamatan Industri Nuklir mengatakan bahwa alasan menaikkan level ini karena lebih dari 3 persen dari bahan bakar nuklir telah rusak dan bahan radioaktif bocor dari pabrik. Level 5 merupakan yang tertinggi ketiga dari level 8 skala maksimal dalam INES dan yang terburuk untuk kecelakaan nuklir yang pernah terjadi di Jepang selama ini.

Menurut website KBRI Tokyo, para ahli nuklir menggambarkan skala 5 terjadi akibat lelehnya bahan bakar di teras reaktor. Sebelumnya kecelakaan reaktor di Fukushima Unit 1 sampai 4 termasuk dalam skala 4 dalam INES, atau lingkup kecelakaan masih berada di sekitar PLTN Fukushima. Kecelakaan terparah pada kejadian Chernobyl yang masuk dalam skala 7.

Hingga kini, pemerintah Jepang masih terus berupaya mengungsikan warga yang bermukim hingga jarak 20 km dari posisi reaktor berada, dan melarang penduduk yang bermukim hingga jarak 30 km dari reaktor agar tidak keluar rumah, menutup pintu dan jendela, dan tidak menjemur pakaian di luar rumah. Jika pun mereka terpaksa harus keluar, mereka wajib mengenakan masker dan baju pelindung untuk mencegah paparan radiokatif nuklir.

Belum ada data pasti berapa jumlah korban yang telah terpapar radioaktif nuklir tersebut, namun pada 13 Maret 2011 lalu, jumlah korban tercatat sebanyak 160 orang. Pemerintah Jepang sendiri, Jumat (18/3/2011), mengaku kewalahan menghadapi masalah kebocoran nuklir ini, dan meminta negara lain, termasuk Amerika, untuk membantunya.

Kian tingginya potensi bahaya akubat kebocoran reaktor nuklir Fukushima membuat sejumlah negara seperti berlomba dengan waktu untuk mengevakuasi warganya yang masih berada di Negeri Sakura. Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Australia, Taiwan, dan Selandia Baru termasuk di antara negara-negara yang mengimbau warganya untuk segera meninggalkan negeri itu. Satu pekan setelah gempa bumi dan tsunami mengguncang Jepang, AS dan Inggris menyewa beberapa pesawat untuk mengevakuasi warga mereka di Tokyo dan sekitarnya.

Berikut data tentang level bahaya nuklir beserta contoh kasusnya. Data didapat dari situs badan atom internasional (IAEA).

Level 1 : anomali
Paparan radiasi berada di atas ambang batas. Terdapat masalah kecil dengan komponen pengamanan dan berdampak minimal. Kasus ini, misalnya, terjadi ketika ada pelanggaran operasi fasilitas nuklir.

Level 2 : insiden
Paparan radiasi ke publik mencapai 10 mSv. Tingkat radiasi di daerah operasi lebih dari 50 mSv. Terdapat kegagalan signifikan terkait ketentuan keselamatan namun tidak ada konsekuensi. Kasus dengan level ini pernah terjadi di Atucha, Argentina, pada 2005. Kala itu pekerja di reaktor nuklir terpapar radiasi yang melebihi ambang batas. Juga terjadi di Cadarache, Prancis, pada 1993, ketika kontaminasi radioaktif menyebar di lingkungan sekitar tanpa sengaja.

Bencana kecelakaan PLTN level 2 juga terjadi di Forsmark, Swedia, pada 2006 saat fungsi keamanan rusak sehingga mengakibatkan kegagalan di sistem penyuplai tenaga darurat di PLTN.

Level 3 : insiden serius
Paparan radiasi sepuluh kali dari batas aman pekerja. Tidak mematikan, namun memberikan dampak kesehatan. Kasus dengan level ini terjadi di Sellafield, Inggris, pada 2005. Kala itu ada kebocoran material radioaktif dalam jumlah besar di dalam instalasi. Terjadi juga di Vandellos, Spanyol, pada 1989. Di tahun itu ada kecelakaan yang diakibatkan oleh kebakaran, sehingga mengakibatkan hilangnya sistem keamanan di stasiun tenaga nuklir.

Level 4 : kecelakaan dengan dampak lokal
Terjadi kebocoran radioaktif dalam jumlah kecil. Setidaknya satu orang tewas akibat radiasi. Bahan bakar meleleh atau kerusakan bahan bakar, menghasilkan kebocoran lebih dari 0,1% pasokan inti. Kecelakaan dengan level ini terjadi di Tokaimura, Jepang, pada 1999. Ketika itu ada kesalahan yang dilakukan oleh pekerja saat mencampur bahan. Akibatnya terjadi kecelakaan yang menyebabkan dua pekerja meninggal dan beberapa orang lainnya terkena radiasi.

Selain itu, terjadi pula di Saint Laurent des Eaux, Prancis, pada 1980. Saat itu saluran bahan bakar dalam reaktor meleleh. Namun tidak ada kebocoran di luar.

Level 5 : kecelakaan dengan dampak lebih luas
Kebocoran radioaktif dalam jumlah terbatas sehingga membutuhkan tindakan penanganan. Beberapa orang tewas akibat radiasi. Beberapa kerusakan terjadi di reaktor inti. Kebocoran radiasi dalam jumlah besar terjadi dalam instalasi, hal itulah yang memungkinkan publik terpapar. Hal ini bisa timbul akibat kecelakaan besar atau kebakaran.

Kecelaaan ini terjadi di Windscale Pile, Inggris, pada 1957. Kala itu material radioaktif bocor ke lingkungan sekitar sebagai akibat dari kebakaran di reaktor inti. PLTN Three Mile Island, AS, juga mengalaminya pada 1979, di mana beberapa reaktor inti rusak.

Level 6 : kecelakaan serius
Terjadi kebocoran radioaktif dalam jumlah cukup besar yang membutuhkan tindak penanganan. Kasus ini terjadi di PLTN Kyshtym, Rusia, pada 1957. Kebocoran material radioaktif dalam jumlah cukup besar terjadi di lingkungan sekitar PLTN. Hal ini dikarenakan ledakan tanki limbah. Ribuan orang terpapar radiasi ini.

Level 7 : kecelakaan besar
Kebocoran radioaktif dengan jumlah besar terjadi sehingga berdampak luas pada kesehatan dan lingkungan. Karena itu butuh respons dan tindakan jangka panjang.

Dialami oleh PLTN Chernobyl, Ukraina, pada 1986. Kala itu reaktor nomor empat meledak. Akibatnya terjadilah kebakaran dan bocornya radioaktif dalam jumlah besar. Lingkungan dan masyarakat terpapar radiasi ini. Uap radioaktif itu mengandung yodium 131, cesium 137 dan xenon yang volumenya 100 kali bom atom Hiroshima. Uap radioaktif menyebar ke Uni Soviet, Eropa Timur, Eropa Barat dan Eropa Utara. Sebagian besar warga di Ukraina, Belarusia dan Rusia diungsikan. Kala itu lebih dari 336.000 orang mengungsi.

Sementara itu, akibat gempa berkekuatan 9 pada skala Ritcher (SR) yang mengguncang Jepang pada 11 Maret 2011, yang juga menyebabkan kebocoran pada reaktor nuklir, korban tewas diperkirakan mencapai sekitar 17.000 orang. Badan Kepolisian Nasional (NPA) Jepang, Jumat (18/3/2011), menyebut, dari para korban tewas tersebut, sedikitnya 6.539 orang telah teridentifikasi dan sisanya, 10.354 orang, masih hilang.

Jepang naikkan Status Bahaya Nuklir ke Level 5 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar