Sumber Artikel Internet

Jumat, 05 September 2014

Rusia Tuding Perang Libya Sebagai Perang Salib Baru

Suasana mencekam di Libya. (int)
Dukungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terhadap Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk mendukung oposisi Libya sehingga pasukan North Atlantic Treaty Organization (NATO)menggantikan pasukan Koalisi pimpinan Amerika untuk menggempur para loyalis Presiden Muammar Khadafi membuat sekutu Libya, Rusia, berang. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin bahkan menyebut, perang yang kini terjadi di Libya merupakan Perang Salib baru.

Seperti dikutip Antara, Rabu (13/4/2011), Rusia mengutuk serangan NATO yang berdalih berpegang pada resolusi PBB itu, dan menyebut perang yang berkecamuk di Libya antara Presiden Khadafi dan loyalisnya dengan opisisi yang didukung PBB, Amerika dan sekutu-sekutunya, seperti Inggris dan Perancis, adalah perang salib pada abad pertengahan.

"Resolusi Dewan Keamanan itu, tentu saja, cacat dan tidak sah," kata kantor berita Rusia mengutip keterangan Putin kepada pekerja pada kunjungan ke salah satu pabrik peluru kendali di negara tersebut, Senin (21/4/2011).

"Bagi saya, itu menyerupai seruan Perang Salib pada abad pertengahan ketika seseorang menarik orang lain untuk pergi ke tempat tertentu dan membebaskan yang lain," ujarnya.

Putin juga mengecam aksi pamer kekuatan Amerika Serikat di Libya. Tindakan itu disebut di luar nalar atau tak bernurani.

"Saya prihatin tentang kemudahan itu, yang menghasilkan keputusan menggunakan kekerasan," kata Putin seperti dikutip mengacu pada gerakan antarbangsa saat ini di Libya.

Ia mencatat Amerika Serikat telah mencampuri urusan negara lain seperti melibatkan diri di bekas Yugoslavia, Afghanistan dan Irak. "Semua itu dengan kedok melindungi kedamaian warga. Di mana nalarnya? Di mana nuraninya? Tidak salah satu di antara keduanya," kata Putin.

Putin juga mengatakan peristiwa di Libya menunjukkan bahwa Rusia telah mengambil keputusan yang tepat dalam memperkuat kemampuan tentaranya. Ia merujuk pada rencana besar persenjataan senilai 650 miliar dolar Amerika Serikat.

"Peristiwa saat ini di Libya membuktikan bahwa kita melakukan segalanya dengan benar dalam rangka memperkuat kemampuan tentara Rusia," katanya.

Ia juga mengumumkan bahwa Rusia merencanakan menggandakan pembuatan tata peluru kendali strategis dan taktis mulai 2013.

Rusia memang tak setuju dengan resolusi PBB yang memungkin dilakukan aksi militer ke Libya. Tapi, Rusia dan juga China tak menggunakan hak vetonya atas resolusi tersebut.

Semula Rusia sempat mendukung langkah antarbangsa terhadap pemerintah Muammar Khadafi, termasuk ikut meneken sanksi Dewan Keamanan PBB yang mengembargo senjata atas Libya. Juga hukuman lain, termasuk membekukan harta keluarga Khadafi.

Beberapa pejabat pertahanan Rusia semula menyatakan keprihatinan tentang hukuman itu. Larangan ekspor senjata PBB dapat merugikan Rusia sekitar empat miliar dolar Amerika Serikat atau lebih kurang Rp. 32 triliun pada saat ini dan masa depan.

Hingga kini perang di Libya masih berkecamuk, karena tuntutan oposisi yang didukung Amerika cs agar Khadafi mundur dari jabatannya, ditolak presiden yang telah berkuasa selama 40 tahun itu. Jumlah korban tewas telah mencapai lebih dari 230 korban. 48 di antaranya akibat serangan NATO yang mengenai rakyat sipil.

Sejumlah pengamat politik dunia menilai, tujuan Amerika mendukung oposisi sebenarnya untuk menguasai cadangan minyak Libya yang melimpah, bukan untuk melindungi warga negeri itu

Rusia Tuding Perang Libya Sebagai Perang Salib Baru Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar