Seluruh desa di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) luluh lantak akibat terjangan wedhus gembel dan timbunan material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi, sehingga 7.992 kepala keluarga (KK) yang bermukim di desa-desa tersebut harus direlokasi.
Seperti dikutip dari Media Indonesia, Selasa (16/11/2010), desa-desa dimaksud adalah Kepuharjo, Umbulharjo, Glagaharjo, Wukirsari, dan Argomulyo. Data yang diperoleh juga menyebutkan, wilayah Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, juga mengalami nasib yang sama. Namun belum diketahui apakah 12 desa di kecamatan tersebut semuanya hancur seperti desa-desa di Cagkringan, atau hanya beberapa.
Akibat luncuran awan panas dan timbunan material vulkanik seperti abu, bebatuan, dan lahar dingin, semua yang ada di lima desa di Kecamatan Cangkringan berubah total. Dulu wilayah seluas 4.799 hektar ini memiliki dua buah taman rekreasi, hutan lindung, kawasan pertanian, kawasan perkebunan, dan lain-lain, namun kini semuanya hancur, tinggal puing-puing. Bahkan sungai yang mengalir di kawasan itu berubah menjadi bukit.
Komandan Tanggap Darurat Kabupaten Sleman, Widi Sutikno, mengatakan, meski warga kelima desa itu harus direlokasi, namun dana untuk memindahkan warga yang berjumlah sekitar 27.600 orang tersebut belum tersedia.
"Yang kami fikirkan sekarang adalah membangun hunian sementara di dekat Cangkringan," katanya.
Hingga Senin (15/11/2010) warga kelima desa di Kecamatan Cangkringan yang selamat dari musibah letusan Gunung Merapi, masih mengungsi dengan warga dari kecamatan lain di Kabupaten Sleman yang tersebar di 74 lokasi.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Surono, mengatakan, hingga Senin (15/11/2010) zona bahaya Merapi untuk Kabupaten Sleman masih 20 km dari puncak gunung, karena luncuran awan panas yang dimuntahkan Merapi masih saja mengarah ke wilayah tersebut, sementara rumah-rumah, sungai, bukit, pepohonan, hutan, sudah hancur, sehingga tak ada lagi yang dapat menahan awan yang memiliki suhu hingga 800 derajat celcius tersebut.
Namun demikian, meski sesekali Merapi masih memuntahkan awan panas dan menimbulkan gempa vulkanik sehingga PVMBG masih menetapkan status awas bagi gunung ini, aktivitas gunung teraktif di Indonesia tersebut sudah semakin menurun. Warga di sekitar gunung ini, seperti warga Sleman dan warga Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten, Jawa Tengah, berharap Merapi berhenti mengamuk agar kehidupan mereka dapat berjalan normal seperti sedia kala.
Rabu, 03 September 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar