Sedikitnya 44 juta penduduk dunia yang bermukim di negara-negara berkembang, jatuh miskin akibat melonjaknya harga pangan dunai dalam beberapa bulan terakhir. Jumlah ini ditengarai akan terus meningkat karena saat ini harga pangan telah meningkat hingga level berbahaya.
Seperti dikutip Media Indonesia, Kamis (17/2/2011), data tersebut dirilis Presiden Grup Bank Dunia Robert B. Zoellick, Selasa (15/2/2011), menjelang pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara yang tergabunbg dalam G-20 di Paris.
"Kenaikan harga pangan telah mendorong jutaan orang jatuh miskin dan membuat kekhawatiran pada orang-orang miskin yang lebih dari setengah penghasilannya dihabiskan untuk pangan," papar Zoellick.
Laporan terakhir Bank Dunia menunjukkan, indeks harga pangan global meningkat 15 persen pada periode Oktober 2010-Januari 2011. Itu berarti meningkat 29 persen jika dibanding indeks harga pangan global pada 2010, dan hanya 3 persen di bawah harga pangan tertinggi di dunia pada 2008.
Harga pangan yang naik tajam di antaranya gandum yang naik dua kali lipat sejak Juni 2010 hingga Januari 2011. Pada saat yang sama, harga jagung meningkat 73 persen.
"Yang krusial untuk banyak negara ialah harga beras juga telah meningkat," imbuh Zoellick.
Harga gula dan minyak konsumsi juga meningkat tajam. Harga pangan lainnya, seperti sayuran di China dan India, serta kacang-kacangan di negara-negara Afrika juga terus meningkat. Di Indonesia, harga beras meningkat 19 persen.
Menurut laporan Bank Dunia, peningkatan kemiskinan (dengan parameter penghasilan di bawah US$ 1,25 per hari) yang secara drastis, menyebabkan kekurangan gizi pada orang miskin.
Zoellick menyapaikan berbagai upaya harus dilakukan, seperti memperluas program jaringan pengaman sosial di negara-negara dengan kenaikan harga pangan tertinggi, membatasi ekspor pangan, dan memantau informasi harga pangan.
Jumat, 21 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar