Selama 30 tahun berkuasa, Hosni Mubarak tak mampu menyejahterakan sebagian rakyatnya sehingga sekitar 40 persen dari 20 juta penduduknya masih saja berkategori miskin, namun sukses memperkaya diri dan keluarganya. Sebuah harian di Aljazair, Alkhabar, melansir, hingga saat dilengserkan, kekayaan presiden berwatak diktator itu dan keluarganya mencapai US$ 40 miliar atau sekitar Rp. 360 triliun!
Alkhabar, seperti dimuat ulang oleh JP News, menyebut, kekayaan Mubarak yang melimpah itu disimpan di beberapa rekening dan dan diivestasikan dalam bentuk properti di Amerika Serikat, Swiss, Inggris, dan Jerman.
Suzanne, istri Mubarak, menurut laporan rahasia, bahkan menjadi anggota klub miliarder sejak 2000. Selain rekening, Suzanne memiliki properti di pusat kota-kota besar di Eropa, seperti London, Frankfurt, Madrid, Paris, dan Dubai. Kekayaan Ibu Negara ini ditaksir US$3 - 5 miliar.
Anak pertama Mubarak, Alaa Mubarak yang memilih berkarir di perbankan, telah memiliki properti senilai US$8 miliar dolar, termasuk properti di Los Angeles, Washington, dan New York di mana dia memiliki real estate senilai US$2,1 miliar di pinggiran Manhattan. Dia juga dikabarkan memiliki dua kapal pesiar senilai 60 juta euro.
Menurut sumber koran itu, anak kedua Mubarak, Gamal Mubarak, memiliki kekayaan hingga US$17 miliar. Selain memiliki rekening, sekretaris jenderal partai berkuasa, Partai Nasional Demokrat ini, juga memiliki sejumlah properti yang tersebar tak hanya di Mesir.
Adapun Mubarak sendiri yang merupakan anak petani, memiliki kekayaan pribadi US$10 miliar. Sebagian besar dananya berada di bank-bank Amerika, Swiss, dan Inggris.
Sejak berkuasa pada 1981, Mubarak mampu membuat negara di Afrika Utara itu stabil. Rahasianya, dia membangun hubungan baik dengan negara-negara Barat dan Israel. Namun di balik kestabilan, korupsi, kemiskinan dan kekerasan oleh negara tumbuh subur.
Mubarak lahir 1928 di desa Kahel-el-Meselha. Dia tamat dari Akademi Militer pada 1949. Setelah perang Arab-Israel, Mubarak mendapat promosi menjadi Kepala Angkatan Udara Mesir, inilah pintu pertama dia masuk ke lingkaran elit politik.
Mubarak dikenal seorang pembantu setia Presiden Mesir Anwar Sadat. Dia diangkat jadi Wakil Presiden oleh Anwar Sadat pada 1975. Sejak itu dia memainkan peranan penting, membangun hubungan dengan negara-negara barat. Pada 1981, Sadat dibunuh, Mubarak naik menjadi orang nomor satu di Mesir.
Menyusul tergulingnya Mubarak dari tampuk kekuasaan, pemerintah Swiss bergerak cepat untuk mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pascarevolusi Mesir, yakni membekukan aset-aset yang diduga milik Mubarak yang berada di negerinya.
"Pemerintah Swiss telah membekukan aset yang diduga milik mantan Presiden Mesir. Pembekuan tersebut berlangsung saat itu juga," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Swiss Lars Knuchel seperti diberitakan Mionline.
Swiss tengah bekerja keras untuk menghapus citra mereka sebagai heaven bagi para pembesar negara dunia untuk menyimpan aset-aset mereka. Sebelumnya, Swiss telah membekukan aset milik mantan Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali serta mantan Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo.
Berita-berita terkait, KLIK DI SINI, DI SINI, dan DI SINI.
Jumat, 27 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar