METEOR yang jatuh di Kota Chelyabinsk, Pegunungan Ural, Rusia, pada Jumat (15/2/2013) pukul 09.20 waktu setempat, merupakan meteor terbesar yang jatuh ke Bumi dalam 100 tahun terakhir. Hingga Sabtu (16/2/2013) pagi ini, jumlah korban tercatat membengkak hingga sekitar 1.000 orang.
Peter Brown, direktur Pusat Ilmu Keplanetan dan Eksplorasi University of Western Ontario, Kanada, menjelaskan, sebelum memasuki atmosfir Bumi dan jatuh di Kota Chelyabinsk yang berjarak sekitar 1.500 km di sebelah timur Moskow, meteor itu mungkin sebesar 50 kaki atau sekitar 15 meter, dengan bobot sekitar 7.000 ton.
Dari rekaman video diketahui, saat menembus atmosfir, benda langit itu meluncur dengan kecepatan 64.800 kilometer per jam.
Saat penembusan terjadi, benda langit itu terbakar dan kemudian meledak menjadi 10 bola api.
"Dari berbagai sensor berteknologi tinggi, diperkirakan kekuatan ledakan meteor itu setara dengan kekuatan ledakan 300 kiloton TNT. Tapi ini baru perkiraan awal," kata Brown seperti dikutip Space.com, hari ini.
Terakhir kali meteor jatuh di Negeri Beruang Merah pada 1908, dan dikenang dengan sebutan peristiwa Tunguska. Mengapa disebut demikian, karena di wilayah itulah meteor jauh, dan membuat hutan seluas 2.137 km2 hancur, rata dengan tanah.
Brown yakin, ledakan meteor yang jatuh kemarin di Chelyabinsk jauh lebih kuat dibanding yang jatuh di Tunguska. Ledakan itu bahkan jauh lebih besar dibanding ledakan meteor yang jatuh di Uni Soviet pada 12 Februari yang kekuatan ledakannya hanya setara dengan ledakan 10 kiloton TNT.
"Di Indonesia pun pernah terjadi, yaitu pada 8 Oktober 2009. Ledakannya mencapai 50 kilo ton TNT, namun itu terjadi di laut," jelas Brown.
Ilmuwan ini mengaku, pihaknya masih menganalisis kekuatan ledakan meteor yang jatuh kemarin agar mendapatkan hasil yang akurat.
Bukan puing Asteroid
Di sisi lain, Badan Antariksa Eropa (European Space Agency /ESA) menegaskan meteor yang jatuh kawasan Kota Chelyabinsk, Pegunungan Ural, Rusia, pada Jumat (15/2/2013) pagi waktu setempat, bukan puing dari asteorid 2012 DA14 yang kemarin, bersamaan dengan jatuhnya meteor itu, melintasi orbit Bumi.
Melalui akun Twitter-nya, ESA menjelaskan, tidak ada hubungannya antara meteorit yang jatuh itu dengan Asteroid 2012 DA14 yang pada Jumat kemarin melintas dengan jarak hanya 27 ribu kilometer dari Bumi, dan bahkan dekat dibanding Satelit Geosynchronous yang melayang di orbit Bumi dengan 36 kilometer dari permukaan Planet biru tempat dimana kita tinggal ini.
Tidak dijelaskan apa alasan ESA mengambil kesimpulan demikian, namun Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), menjelaskan, saat melintasi orbit Bumi, asteroid 2012 DA14 yang berukuran sekitar 50 m2, memang tidak berada pada jalur yang bertabrakan dengan rotasi Bumi.
Selain itu, NASA juga mengklaim, jika asteroid itu menabrak Bumi, maka daya ledaknya memiliki kekuatan 1.000 kali lebih kuat dari kekuatan daya ledak bom nuklir yang dijatuhkan AS pada 1945 di Hiroshima, Jepang.
Kamis, 12 September 2013
Ledakan Meteor di Langit Rusia Terkuat dalam Seabad Terakhir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar