Pemerintah dan ulama Irak kini sedang bingung. Pasalnya, mantan penguasa negeri itu, Sadam Hussein, meninggalkan ‘warisan’ yang sangat tidak lazim, yakni salinan Al Quran yang ditulis dengan darahnya sendiri. Warisan tersebut saat ini masih tersimpan rapih di sebuah ruangan dengan tiga pintu terkunci di masjid di Baghdad.
Seperti dikutip dari laman VIVAnews, Kamis (23/12/2010), salinan itu dibuat pada akhir 1990-an. Kala itu Saddam memerintahkan para ahli kaligrafi untuk menyalin Al Quran dengan menggunakan darahnya dengan dalil sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah. Konon, untuk membuat salinan kitab suci umat Islam tersebut, Saddam menyumbangkan 27 liter darahnya dalam waktu dua tahun, sebagai pengganti tinta.
Kebingungan pemerintah dan ulama Irak atas adanya salinan Al Qur’an bertinta darah ini adalah, karena salinan kitab suci itu membuat mereka di hadapkan pada dua pilihan sulit, yakni menghancurkannya atau mempertahankannya.
"Apa yang dilakukannya (Saddam-red), menulis Quran dengan darah adalah salah, haram," kata salah satu ulama Irak, Sheikh Samarrai, seperti dimuat laman The Guardian.
Sejumlah ilmuwan Barat memberikan pendapat soal ini. Seperti dimuat situs LiveScience, Rabu (22/12/2010), konservator di Museum Winterthur sekaligus profesor University of Delaware, Bruno Pouliot, mengatakan dari sisi seni, darah biasa digunakan untuk melukis atau menulis.
Tapi, itu biasanya menggunakan darah hewan bukan manusia, meski ada juga seniman yang memakai darah atau rambut manusia dalam karyanya. "Yang biasa digunakan adalah darah sapi," kata dia.
Penggunaan darah manusia, kata Pouliot, sangat terkait dengan persoalan etika. Bahkan dalam seni sekalipun, penggunaan darah manusia ditabukan. "Tabu, karena berkaitan dengan risikonya," kata dia.
Risiko yang dimaksud terkait penyakit yang berhubungan dengan darah seperti Ebola, Hepatitis B, dan HIV.
Sementara itu, Wakil Direktur Eksekutif Pusat Darah Amerika Serikat, Celso Bianco, mempertanyakan kebenaran penggunaan darah Saddam Hussein yang mencapai 27 liter dalam dua tahun.
Menurut regulasi di AS, donor darah yang dibolehkan hanyalah lima atau enam liter selama satu tahun, atau kurang dari segalon. Normalnya, 27 liter darah Saddam itu diambil selama sembilan tahun.
"Ini jumlah yang luar biasa. Kalau angka itu benar, pasti bikin dia anemia," kata Bianco.
Minggu, 02 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar