Sumber Artikel Internet

Kamis, 26 Juni 2014

Pemprov Jateng dan DIY Keteteran Tangani Pengungsi

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Istimewa Yogyakarta (DI) dan Jawa Tengah (Jateng) keteteran menangani pengungsi akibat letusan Gunung Merapi. Pasalnya, mereka kekurangan dana untuk membiayai makan mereka setiap hari.

Seperti dikutip dari Media Indonesia, Senin (8/11/2010), saat ini pengungsi di Jateng yang berjumlah sekitar 224.000 jiwa dan terdiri dari warga Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali, membutuhkan biaya makan minimal Rp. 1 miliar/hari dengan asumsi per jiwa mendapat jatah Rp. 5.000/hari. Sementara di Yogyakarta, dengan jumlah pengungsi mencapai 60.000 orang dibutuhkan dana sekitar Rp. 3 miliar/hari dengan asumsi setiap jiwa juga mendapatkan jatah Rp. 5.000/hari.
“Kami sebenarnya telah menyiapkan dana sebesar Rp. 21 miliar untuk menangani masalah ini, tapi karena jumlah pengungsi terus bertambah, apalagi kalau bencana Merapi tak kunjung selesai, kami khawatir dana itu kurang,” ujar Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Minggu (7/11/2010), di sela-sela kunjungan ke posko pengungsian di pendopo Kabupaten Boyolali.
Hal ini dibenarkan Direktur Pengurangan Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. Dia mengatakan, dengan jatah makan Rp. 5.000/jiwa, Pemprov Jateng sedikitnya membutuhkan dana Rp1,5 miliar/hari.
“Dengan jumlah sebesar itu, Pemprov memang tidak bakal sanggup menanggung dana logistik untuk pengungsi,” katanya.
Diakui, sebenarnya dana cadangan untuk penanggulangan bencana yang dimiliki pemerintah pusat, melimpah, yakni Rp.3,8 triliun. Tapi sayangnya, belum ada satupun kabupaten atau kota yang menampung pengungsi, mengajukan permohonan dana on call atau dana darurat ke BNPB.
“Karenanya, kami berharap pemerintah daerah segera mengajukan biaya bagi pengungsi ke BNPB,” imbuhnya.
Hingga Minggu petang, BNPB mencatat, jumlah total pengungsi di Jateng dan DIY sebanyak 289.613 jiwa, sementara korban tewas mencapai 135 orang. Detik.com melaporkan, Senin (8/11/2010) pagi 30 Anggota tim SAR yang dikerahkan ke Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY, menemukan lagi lima jenazah di sekitar dusun itu. 3 dari kelima jenazah tersebut ditemukan di barak pengungsian, sedangkan 2 lagi ditemukan di retuntuhan rumah warga. Kelima jenazah yang tertimbun abu vulkanik yang dimuntahkan Merapi tersebut dalam keadaan tidak utuh lagi, dan sulit dikenali identitasnya. Oleh tim SAR, jenazah dilarikan ke RS Sardjito, DIY, untuk divisum dan diindetifikasi.
Sementara itu, seperti dilaporkan VIVAnews, hingga Senin (8/11/2010) pagi, aktivitas Gunung Merapi belum juga reda karena berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diketahui, sejak pukul 00.00-06.00 WIB guguran lava dan awan panas terus terjadi secara beruntun. Selain itu, letusan juga kerap terjadi.
Pengamat Gunung Merapi dari Ketep, melaporkan, terlihat asap setinggi 1 kilometer disertai suara gemuruh keras. Di Ketep bahkan terjadi hujan abu dengan arah angin ke barat dan barat laut. Sedang pengamat dari Klaten melaporkan, terlihat kolom setinggi 3-4 km, tekanan kuat, warna abu-abu muda dengan arah condong ke barat daya, diiringi suara gemuruh yang keras. Aliran awan panas teramati mengalir ke Kali Gendol dan Kali Woro.
Badan ini juga melaporkan, hingga pukul 08.23 WIB, berdasarkan hasil pemantauan instrumentasi dan visual menunjukkan aktivitas Gunung Merapi pada tingkat Awas (level 4). Ancaman bahaya Gunung Merapi dapat berupa awan panas dan lahar. Wilayah yang aman bagi para pengungsi adalah di luar radius 20 km dari puncak Merapi.
Saat ini, endapan material hasil erupsi di sepanjang alur sungai yang berhulu di puncak Merapi semakin besar. Endapan tersebut berpotensi menjadi lahar, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Namun demikian seperti dilaporkan Detik.com, Kepala Badan Penyelidikan dan Penelitian Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio mengatakan, meski hingga Senin pagi ini aktivitas Merapi masih tinggi, namun kekuatannya relatif menurun dibanding hari Minggu (7/11/2010) dan beberapa hari sebelumnya. Bahkan dia mengatakan, zona aman Merapi yang berjarak 20 km dari puncak Merapi hanya untuk wilayah di arah selatan, tenggara dan barat Merapi.
“Untuk barat laut dan utara, bagian Kabupaten Boyolali dan sebagian Klaten, jarak aman 10 km daro puncak Merapi," imbuhnya.

Pemprov Jateng dan DIY Keteteran Tangani Pengungsi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar