Sumber Artikel Internet

Senin, 16 Desember 2013

Meski Telah Lebih Sepekan, Merapi Tetap Bererupsi

Erupsi Gunung Merapi yang tiada henti sejak pertama kali meletus pada 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB, tak hanya membuat daftar korban tewas semakin panjang, namun juga memunculkan ancaman baru bagi masyarakat di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tempat dimana gunung setinggi 2.914 meter dan permukaan laut dan teraktif di dunia itu berada. Ancaman tersebut adalah aliran lava yang keluar dari kawah gunung.

Berdasarkan data yang dilansir VIVAnews, Rabu (3/11/2010), jumlah korban tewas akbat letusan Merapi hingga Rabu pagi telah mencapai 42 orang, sementara yang mengungsi mencapai sekitar 75.770 orang. Terbanyak dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebanyak 37.233 orang. Sementara di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, warga yang mengungsi sebanyak 21.782 orang, di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, sebanyak 5.129 orang, dan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, sebanyak 9.387 orang.
Selain korban tewas dan mengungsi, letusan Merapi juga membuat sekitar 1.712 terluka dan terserang penyakit akibat terjangan awan panas piroklastik (wedhus gembel) dan abu vulkanik yang dimuntahkan gunung itu. Umumnya warga terserang infeksi saluran pernafasan atas (Ispa) dan gatal-gatal.
Rabu pagi sekitar pukul 07.38 WIB Merapi kembali meletus dengan memuntahkan awan panas yang mengarah ke Kali Gendol dan Desa Kinahrejo, desa tempat tinggal almarhum Mbah Marijan yang pada 26 Oktober lalu diluluhlantakkan Merapi dengan awan panasnya itu.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono, menjelaskan, erupsi yang terus menerus dan hujan yang sering turun membuat wilayah di sekitar gunung mendapat tambahan ancaman bahaya dari Merapi, yakni banjir lahar panas yang memasuki sungai-sungai yang berhulu di gunung itu.
“Bahaya itu kemungkinan terjadi, karena akibat hujan, lahar Merapi dapat mengalir ke segala penjuru, terutama sungai-sungai yang berhulu di gunung itu, seperti sungai Gendol, Kuning, dan Boyong, dan lahar itu masih sangat-sangat panas (berkisar antara 1.100 hingga 1.300 derajat celcius). Apalagi karena sungai Gendol merupakan sungai utama Merapi, jadi paling banyak lahar akan tumpah di sungai itu,” jelasnya.
Dari pengamatan Rabu pagi diketahui, meski terus meletus dengan memuntahkan awan piroklastik bersuhu 800 derajat celcius dan berkecepatan hingga 300 km/jam, Merapi tengah memasuki fase pembentukan kubah lava. Jika fase ini selesai, kemungkinan besar aktivitas Merapi akan mereda, karena lava yang membentuk kubah itu akan membeku di situ.
Surono menyebut, sifat gunung-gunung berapi di Indonesia, termasuk Merapi, berbeda dengan yang ada di Hawai, Amerika Serikat. Di Hawai, lava gunung berapi cenderung agak cair sehingga dapat mengalir, sementara lava Merapi kental dan kaya akan gas.
“Saat naik ke permukaan dari perut gunung, lava Merapi mengeluarkan gas sulfur, dan kemudian mengalami pendinginan,” imbuhnya.
Namun demikian, hingga kini belum diketahui kapan Merapi kembali tenang, karena tabiat Merapi kali ini tidak seperti sebelumnya. Kali ini tabiat Merapi tak dapat diprediksi. Karenanya Surono meminta warga tetap di pengungsian hingga Merapi benar-benar tak lagi bergejolak.


Meski Telah Lebih Sepekan, Merapi Tetap Bererupsi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar