Sumber Artikel Internet

Minggu, 29 Desember 2013

Kejatuhan Abu Bromo, Bandara Abdurrahman Saleh Ditutup

Meski tidak menimbulkan dentuman keras seperti ketika Gunung Merapi meletus, namun abu vulkanik yang terus menerus dikeluarkan Gunung Bromo sejak gunung ini meletus pada 26 November 2010 pukul 17.22 WIB, mulai berdampak signifikan. Setidaknya, karena muntahan abu itu membuat Bandara Abdurrahman Saleh, Malang, ditutup.

Seperti dikutip VIVAnews dari rilis yang dikeluarkan Coorporate Secretary PT. Angkasa Pura II, Hari Cahyono, diketahui, Bandara Abdurrahman Saleh ditutup mulai Senin (29/11/2010) ini hingga 4 Desember 2010, karena sebaran debu vulkanik Gunung setinggi 2.392 dari permukaan laut (dpl) tersebut berpotensi mengganggu penerbangan.

Akibat penutupan ini, Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng tidak melayani penerbangan rute Jakarta-Malang, baik yang dioperatori Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Batavia Air, maupun Sriwijaya Air, hingga Bandara Abdurrahman Saleh dibukan kembali.

"Ini mengacu pada NOTAM (notice to airman) Nomor C 00920/10 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan selaku otoritas penerbangan nasional tentang penutupan Bandara Abdurahman Saleh di Malang," imbuh Hari.

Hingga Senin (29/11/2010) ini, sejak pukul 00.00 hingga 14.30 WIB, kepulan asap masih menyembur dari gunung Bromo dengan disertai material vulkanik berupa abu dan kerikil. Staf Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana Alam, Andi Arief, pada akun Twitternya menjelaskan, seperti juga asap yang disemburkan Bromo pada Minggu (28/11/2010) dan Sabtu (27/11/2010), asap yang disemburkan pada Senin juga tebal dan berwarna abu-abu kehitaman.

"Asap itu mengepul dengan tekanan kuat mencapai ketinggian 600-700 meter ke arah barat daya dan barat, atau ke arah Kabupaten Malang dan Pasuruan," katanya.

Bromo juga menimbulkan gempa vulkanik dangkal sebanyak delapan kali dengan amplitudo maksimal 16-36 milimeter, dan berdurasi antara 10 hingga 28 detik. Selain itu, Bromo juga menimbulkan gempa tremor yang bahkan terjadi secara terus menerus dengan amplitudo maksimal 2 sampai 36 milimeter.

Andi Arief juga mengatakan, meski pasa Senin ini tubuh Bromo berhenti mengembang (deformasi) secara radial, tapi pengembangan secara tangensial dari arah Gunung Batok tetap terjadi sejak 13 November 2010 hingga Senin 29 November 2010 ini dengan laju tetap 0,6 mikroradian per hari. Total deformasi telah mencapai 9,15 mikroradian.

Gunung Bromo pertama kali bererupsi pada Jumat 26 November 2010 pukul 17.40 WIB. Letusan gunung tereksotik di Jawa Timur ini diprediksi sama seperti letusan pada 2004, yakni akan memakan waktu lama, dapat berminggu-minggu, karena gunung ini tidak melepaskan energinya secara sekaligus, melainkan sedikit-sedikit dalam bentuk letusan-letusan kecil atau erupsi minor.

Namun demikian, perkiraan akan lamanya erupsi Bromo ini membuat pihak-pihak terkait, seperti Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, tidak tinggal diam. Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah skenario, termasuk yang terburuk. Yakni skenario 3 km, 6 km, dan 10 km.

"Kalau PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) tetap menetapkan zona bahaya hingga jarak 3 km dari puncak gunung, maka ada sekitar 699 orang yang harus dievakuasi. Jika 6 km ada 2.800 orang yang dievakuasi, dan jika naik lagi menjadi 10 km maka ada 6.900 orang yang dievakuasi," katanya.

Saifullah mengaku, untuk menampung warga telah disediakan 10 titik lokasi pengungsian yang dilengkapi tenda.

"Dari laporan lembaga vulkanologi, masih perlu tiga sampai tujuh hari untuk menentukan perubahan status gunung ini. Kami berharap ada penurunan gempa," imbuhnya.

Sejak awal letusan, PVMBG menetapkan zona bahaya Bromo berjarak 3 km dari puncak gunung yang namanya diambil dari salah satu dewan Hindu, yakni Brahma itu. Namun demikian, warga yang tinggal di desa-desa dalam zona bahaya tersebut masih saja beraktifitas seperti biasa dan belum berniat mengungsi. Begitu pula para turis yang sengaja datang khusus untuk menyaksikan letusan Bromo. Hal ini membuat petugas yang terdiri dari kepolisian, TNI dan aparat pemerintah menjaga ketat jalan-jalan untuk memasuki zona ini dan juga jalan-jalan alternatifnya (jalan tikus).

"Di kawasan Gunung Bromo ini memang banyak sekali jalan 'tikusnya'," kata Mulyono, petugas Pos Pengamatan Gunung Bromo di Cemorolawang, Sukapura, Probolinggo.

Mulyono bahkan mengakui, aktifitas gunung Bromo masih fluktuatif, karena kadang terus meningkat, tapi kadang turun drastis.

Kejatuhan Abu Bromo, Bandara Abdurrahman Saleh Ditutup Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar