Letusan Gunung Merapi tak hanya menimbulkan kerugian materil dan non materil, seperti hancurnya desa beserta isinya, dan hilangnya nyawa, tapi juga mengubah perjalanan sejarah daerah dimana gunung itu berada.
Seperti dilansir Kompas.com, Jumat (12/11/2010), ahli geologi Belanda, Reinout Willem van Bemmelen, menyebutkan, pada 1006 Merapi meletus dengan sangat dahsyat sehingga Kerajaan Mataram Hindu terpaksa memindahkan pusat kerajaannya dari Jawa Tengah-DI Yogyakarta, ke Jawa Timur. Geolog ini bahkan menyebut, letusan gunung itupula yang membuat Candi Borobudur yang dibangun pada 847 Masehi, terkubur, sebelum akhirnya ditemukan kembali pada 1814, dan dijadikan objek wisata oleh pemerintah Indonesia.
Sayang, klaim bahwa letusan Merapi yang mengubur Candi Borobudur terjadi pada 1006, ditolak geolog lain karena selain tidak didukung bukti-bukti otentik, juga karena prasasti sejarah menyebutkan, perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur terjadi pada tahun 928 Masehi.
Namun demikian, melalui penelitian stratigrafi di berbagai lokasi candi yang tersebar di Yogyakarta dan Jawa Tengah, para peneliti Merapi sepakat, erupsi gunung tersebut dalam waktu lama memang telah menekan kehidupan warga Mataram Kuno.
Senior Research Fellow Earth Observatory of Singapore di Nanyang Technological University, A Ratdomopurbo, mengatakan, menurut berbagai dokumen, dalam kurun 1.000 tahun Merapi telah beberapa kali meletus eksplosif, dan trend letusan seperti ini berlanjut pada masa modern sekarang.
Journal of Volcanology and Geothermal Research yang mengupas khusus soal Merapi (2000) melaporkan, selama masa kolonial Belanda, tercatat setidaknya terjadi enam letusan besar Merapi, yaitu pada 1587, 1672, 1768, 1822, dan 1872. Letusan pada 1822 termasuk yang besar dengan jangkauan awan panas mencapai kawasan sejauh 10-15 kilometer, merata di Kali Blongkeng, Senowo, Apu, Trising, Gendol, dan Woro, termasuk wilayah yang sekarang menjadi Lapangan Golf Cangkringan. Letusan yang disebabkan hancurnya kubah lava dan memunculkan awan panas sejauh 13 kilometer juga terjadi pada 1930. Letusan ini mengubur 13 desa, merenggut jiwa 1.369 orang dan 2.100 ternak. Endapan lahar mencapai ketebalan 10 meter.
Letusan yang terjadi pada kurun 1984, 1992, dan 1994 relatif kecil dengan jarak jangkau luncuran awan panas kurang dari 8 kilometer. Namun, tetap saja, letusan pada 1994 mengakibatkan jatuhnya korban.
Merapi biasanya butuh waktu lama untuk mengumpulkan tenaga. Pada Juni 2006, letusan awan panas sejauh 7 kilometer ke arah Kali Gendol mengakibatkan warga Kali Adem panik dan mengungsi. Dua orang tewas terkena awan panas. Gunung ini juga tercatat pernah meletus dengan dhsyat pada 800 dan 1.300 Masehi. Kedua letusan ini membuat sebagian puncak Merapi roboh.
Kamis, 12 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar