Kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, diserang sekelompok orang bertopeng dan bersenjata laras panjang, Rabu (22/9/2010) pukul 01.00. Kelompok yang berjumlah 15 orang ini diduga teroris yang telah meledakkan beberapa lokasi di Indonesia.
Seperti diberitakan Vivanews.com, Rabu (22/9/2010), serangan ini menewaskan tiga polisi yang bertugas di Polsek tersebut, yakni Bripka Riswandi, Aipda Deto Sutejo dan Aiptu B Sinulingga. Jenazah ketiganya telah dibawa ke RS Bhayangkara Medan.
"Kami sedang melakukan pengejaran, ada cukup banyak pasukan (sekitar 200 personil) yang dikerahkan untuk mengejar mereka," tegas juru bicara Polda Sumatera Utara Komisaris Besar Baharuddin Djafar.
Indikasi kalau para teroris lah yang menyerang Polsek Hamparan Perak diketahui berdasarkan pola serangan yang dilakukan yang mirip dengan aksi perampokan terhadap Bank CIMB Niaga Medan, Sumatera Utara, pada 18 Agustus 2010, yang diduga kuat dilakukan oleh kelompok teroris itu.
"Selain itu, berdasarkan penemuan selongsong peluru yang ditembakkan pelaku saat penyerangan, selongsong itu identik dengan yang digunakan perampok Bank CIMB Niaga," jelas Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan.
Saat serangan dilakukan, kelompok bertopeng dan bersenjata laras panjang tersebut langsung menyuruk masuk ke markas Polsek, dan melepaskan berondongan tembakan kepada siapapun yang berada di ruangan. Setelah kelompok berlalu, polisi menemukan selongsong peluru empat jenis senjata, yakni jenis SS1, M16, pistol, dan AK47. Sama dengan senjata pelaku yang merampok bank CIMB Niaga Medan. Kapolda Sumatera Utara Irjen Oegroseno mengakui, SS1, M16 dan AK47 merupakan senjata serbu militer.
"Di Aceh senjata seperti itu banyak beredar. Saya kira di Sumatera Utara masih ada sebagian," jelasnya.
Sebelumnya, Minggu 19 September 2010, Detasemen Khusus 88 Mabes Polri menangkap 18 dari sekitar 33 pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan di beberapa lokasi di Medan dan Lampung. Termasuk di tengah jalan Jembatan Kota Datar Luar Desa Hamparan Perak, Deli Serdang. Dari penangkapan itu, polisi menyita berbagai barang bukti yang mengindikasikan kalau kelompok ini merupakan anggota jaringan teroris yang tengah mengumpulkan dana untuk melakukan aksi berikutnya. Barang bukti dimaksud di antaranya sebuah magasin, sepucuk AK-47, pistol, dan setengah kotak bahan peledak TNT. Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri bahkan dengan yakin mengatakan, para pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan ini adalah bagian dari jaringan terorisme.
"Mereka masih satu kelompok dengan pelaku terorisme yang melakukan pelatihan di Aceh dan Bandung, Jawa Barat," tegasnya saat jumpa pers di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Senin 20 September 2010.
Selain Bank CIMB Niaga Medan, polisi mencatat dalam tiga bulan terakhir Bank BRI dan sebuah tempat penukaran uang di Medan dan sekitarnya, juga menjadi korban.
Kepada Tempointeraktif, Selasa (21/9/2010), mantan pemimpin Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas, mengakui, kelompok teroris ada dilakukan terhadap harta yang mereka anggap halal. "Yakni (harta) yang bukan menganggap halal mengambil harta yang bukan milik orang muslim. Meski pengambilan dilakukan dengan cara kekerasan seperti merampok.
"Kegiatan ini dilakukan untuk menggalang dana guna membiayai aksi teror mereka," katanya.
Pengamat terorisme Noorhuda Ismail bahkan meyakini kalau bagi teroris, uang rampokan sebagai fa'i atau pampasan perang, karena saat ini mereka memang sedang 'berperang' dengan pemerintah akibat penangkapan tiada henti yang dilakukan Densus 88.
Data Tempo menyebutkan, peristiwa bom Natal pada 2000, bom Bali I pada 12 Oktober 2002, dan bom Bali II pada 1 Oktober 2005 dibiayai dengan uang jarahan. Bom Bali I dibiayai dengan uang rampokan Rp 400 juta dari toko emas Elita Indah di Pertokoan Royal, Serang, Banten, akhir Maret 2002. Pelakunya kelompok Banten, yakni Abdul Rauf dan Andri Octavia.
Adapun uang Rp 80 juta untuk membiayai bom Bali II antara lain diperoleh dari merampok toko ponsel di Pekalongan, Jawa Tengah, pada September 2005. Pelaku aksi ini adalah Subur Sugiarto, Ubeid, dan Ali Zein.
Meski demikian, dana para teroris untuk melakukan aksinya dibiayai donatur dalam negeri dan luar negeri, di antaranya yang pernah disebut-sebut adalah Al Qaeda.
Minggu, 22 Desember 2013
Teroris Serang Polsek Hamparan Perak, 3 Polisi Tewas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar