Erupsi maraton Gunung Merapi sejak 26 Oktober 2010 hingga Minggu 14 Oktober 2010 pukul 23.30 telah merenggut nyawa 250 orang warga yang tinggal di sekitar lerengnya. Jumlah korban ini terbanyak kedua sejak 1832.
Data yang dihimpun, Senin (15/11/2010), menyebutkan, letusan gunung setinggi 2.968 meter dari permukaan laut (dpl) ini yang paling banyak menelan korban adalah letusan pada 1930 karena ketika itu jumlah korban tewas mencapai 1.369 orang (lihat tabel). Namun demikian, gunung api teraktif di Indonesia ini telah mulai meletus sejak sekitar 1.000 tahun lalu dengan kekuatan yang luar biasa, yang bukan hanya menimbulkan korban jiwa yang jauh lebih banyak, namun dampaknya pun masih terlihat hingga sekarang.
Tahun Korban Tewas Korban Luka
1832 32 orang -
1872 200 orang -
1904 16 orang -
1920 35 orang -
1930 1.400 orang -
1954 64 orang 57 orang
1961 6 orang -
1969 3 orang -
1976 29 orang 2 orang
22 Nov'94 66 orang 6 orang
1997 Tidak ada -
1998 Tidak ada -
2001 Tidak ada -
Mei 2006 2 orang -
Pada 1006 M, menurut Van Bemmelen (1949) Gunung Merapi meletus dengan hebat sehingga sebagian puncak runtuh dan longsor ke arah barat daya. Longsoran ini tertahan oleh Perbukitan Menoreh dan kemudian membentuk gundukan-gundukan bukit yang dikenal sebagai Gendol Hills. Menurut Wikipedia, letusan yang tercatat sebagai salah satu letusan paling hebat dari gunung yang berdiri kokoh di wilayah Kabupaten Boyolali, Sragen, dan Magelang di Jawa Tengah, dan di Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Bemmelen bahkan menyebut, letusan ini membuat pusat kerajaan Mataram kuno dipindah dari kawasan DIY dan Jawa Tengah, ke Jawa Timur, karena tersapu awan panas dan tertimbun debu vulkanik. Namun hal ini diragukan para pakar yang lain. Kern (1913) misalnya, mengatakan kalau runtuhnya kerajaan Mataram diakibatkan oleh perang.
Pada sekitar abad 9-11 Masehi, Gunung Merapi lagi-lagi meletus dengan hebat, sehingga candi-candi yang beradas di sekitar Kawasan Jawa Tengah, seperti Candi Mendut dan Borobudur, terkubur abu vulkanik. Namun berapa jumlah korban tewas, tidak diketahui.
Pada 1672 M Gunung Merapi kembali meletus dengan hebat dan mengakibatkan 3.000 orang tewas.
Gunung Merapi kembali meletus dahsyat pada 1786, namun lagi-lagi berapa korban yang tewas, tidak diketahui.
Pada tahun 1822, Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas, abu vulkanik dan lelehan lava pijar. Sedikitnya 100 orang meninggal dunia.
Hanya berselang 50 tahun kemudian, atau tepatnya pada 1872, Gunung Merapi kembali menghamburkan abu vulkanik secara dahsyat sehingga 200 orang tewas, dan pada 1930 gunung ini kembali mengamuk sehingga 13 desa luluh lantak dan 1.400 orang tewas akibat terjangan awan panas, lava pijar, dan muntahan debu vulkaniknya.
Seperti dikabarkan VIVAnews, pada Minggu (14/11/2010) pukul 23.30 WIB, Gunung Merapi masih saja bererupsi dengan memuntahkan awan panas yang membumbung ke udara hingga setinggi 1 km. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, awan panas itu meluncur ke kali-kali yang berada di kawasan Kabupaten Sleman, Yogyakarta, serta ke kawasan Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten di Jawa Tengah, karena mengikuti arah hembus angin.
Kali-kali di Kabupaten Sleman yang diterabas wedhus gembel bersuhu hingga 800 derajat celcius tersebut adalah Kali Gendol dengan jarak luncur awan panas sejauh 14 km dari puncak gunung, Kali Kuning sejauh 7 km dari puncak gunung, dan Kali Boyong sejauh 10 km dari puncak gunung.
Di Kabupaten Magelang, material vulkanik yang oleh pakar geologi disebut awan piroklastik tersebut meluncur ke Kali Bedog sejauh 8,5 km dari puncak gunung, ke Krasak sejauh 8 km dari puncak gunung, ke Kali Bebeng sejauh 11,5 km dari puncak gunung, ke Kali Sat sejauh 7 km dari puncak gunung, ke Kali Lamat sejauh 5 km dari puncak gunung, dan ke Kali Senowo sejauh 6 km dari puncak gunung.
Sedangkan kali di Kabupaten Boyolali yang dimasuki awan panas adalah Kali Apu, dan kali di Kabupaten Klaten yang diterjang awan panas adalah Kali Woro. Di Kali Apu, awan mematikan itu meluncur hingga sejauh 4 km dari puncak gunung, sementara di Kali Woro awan panas itu meluncur sejauh 7 km dari puncak gunung.
Selain memuntahkan awan panas, PVMBG juga mencatat, sepanjang Minggu Gunung Merapi menimbulkan 25 kali gempa vulkanik, dimana 18 gempa di antaranya merupakan gempa guguran.
Sabtu, 02 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar